Seperti alunan musik yang ritmenya kadang berulang, gelombang permasalahan fraud pun kadang datang berulang. Seperti lagu yang tidak ada hentinya, dunia ini berputar, waktu terus melaju, dan permasalahan semakin banyak dan terkadang sulit menyelesaikannya.

Layaknya lagu yang sedang di dendangkan di pengeras pengeras suara DJP, ada ritmenya dan ia pun punya ketukan, tapi, apakah ketukannya itu akan berakhir sama? Ritme pertama pun mengalun sarat dengan kepelikan. Ritme pertama adalah kasus yang di alami GT (Gayus Tambunan) yang sarat dengan uang disana sini, sampai ia dapat keluar masuk penjara dengan bebas, bahkan menonton, pertandingan olahraga di Bali. Juga penyelesaian kasusnya yang membutuhkan waktu lama. Apalagi, setelah kasus itu, ada buntut kasusnya, yaitu jaksa yang menangani kasus GT (Gayus Tambunan) pun di adili karena telah menerima suap dia adalah CS (Cirus Sinaga) yang akhirnya di jatuhi hukuman di pengadilan Tipikor. Ya... Kasus GT (Gayus Tambunan) menyedot perhatian banyak pihak selama berbulan bulan, sampai dengan ex-campus Gayus pun menjadi sorotan publik. Banyak yang memandang remeh dan mencibir seluruh keluarga dari ex-campus GT (Gayus Tambunan). Ya, seperti kata pepatah, Karena nila setitik rusak susu sebelanga, semua elemen ex-campusnya harus menanggung malu karena kebobrokan personal seorang GT (Gayus Tambunan). Ah, sudahlah, toh dia pun sudah divonis hukuman penjara dan denda. Semoga saja semua kejadian itu dapat membuat semua orang yang memiliki integritas yang tinggi. Semoga...

Ketika ritme itu selesai dan berlanjut ke ritme yang lain, semua telinga pun mengikuti arah datangnya suara itu, yang jelas dengungnya sampai sekarang, pengeras suara Dewan Rakyat dan kementrian kementrian berselang seling membuat irama yang membuat jantung berdegup kencang, sekian triliun, sekian miliar sekian dan bla bla bla... sampai bingung masyarakat dibuat mereka, mana yang harus didengarkan terlebih dahulu, mana yang harus di matikan dulu. Dimana wajah wajah pemimpin rakyat ini, ketika mereka mengatakan “Katakan Tidak Pada Korupsi” kepada siapakah mereka sebenarnya berjanji, siapakah yang sebenarnya berjanji. Ah, kamuflase politik yang memang terkadang tak tau batasan, Integritas dilanggar, suap menyuap dilakukan agar proyek lancar seperti dikasih oli.

Ketika semua telinga jenuh mendengar senandung Dewan dan Kementrian, muncul kembali dengan ritme yang sama lantunan dari DJP, dengan tokoh yang berbeda DW inisialnya. Diberitakan punya sekian miliar di rekeningnya bla bla bla, punya usaha banyak untuk proses money laundry katanya. Hmm... terulang kembali ritme yang sama dengan kasus GT (Gayus Tambunan), sama ex-campusnya, sama DJP. Akan tetapi apakah ketukannya akan berakhir sama? Akankah ketukan palu sidang nantinya akan seperti ritme yang dulu? Kita lihat saja episodenya...

Ketika ketamakan meguasai diri, segala sesuatu dapat dilakukan, tanpa melihat traffic light kehidupan. Kita mahasiswa selalu meneriakkan dengan lantang “ANTI KORUPSI”, apakah itu hanya di mulut saja? Ataukah kita tanam dan pupuk dia di hati kita? Dan akan berakhir dengan tumbuhnya Integritas yang kuat, dan tahan badai. Dan perlu diketahui Integritas seseorang itu sebagian besar dapat bertahan karena:

1. Didikan orang tua, secara langsung dan tidak langsung
2. Keimanan dirinya kepada Tuhan YME
3.  keteguhan dirinya sendiri untuk mengikat bendera integritas di hatinya

Semoga Bermanfaat....
Semoga kita dapat berkaca, dan belajar dari kesalahan mereka
Jadikan diri kita lebih baik!
Jadikan bumi pertiwi ini Tersenyum, seka air matanya.


Hidup INDONESIA!
INDONESIA BEBAS KORUPSI!!!




Leave a Reply.